Sudah setahun Indonesia memiliki pemimpin serta perangkatnya yang
baru menjabat. Tidak heran juga calon-calon yang ingin terpilih memakai konsep
retorika,yaitu suatu cara atau seni berbicara untuk memaparkan sebuah informasi
dan opini mereka di depan khalayak umum. Mereka sering memakainya dalam
berbicara,menyampaikan visi mereka,serta menarik perhatian masyarakat. Seperti
yang dilansir oleh viva.co.id “Hasil survei LSI yang dirilis pekan lalu, Kamis 26 Juni
2014, menunjukkan Joko Widodo-Jusuf Kalla memiliki elektabilitas 45 persen,
sedangkan Prabowo-Hatta 38,7 persen. Survei LSI dilakukan di 33 provinsi di
Indonesia terhadap 2.400 responden. Margin of error survei ini 2 persen”. Ini menjadi
suatu bukti bahwa retorika cukup mempengaruhi anggapan dan meyakinkan pemilih.
Indonesia Dalam Retorika
Bintang Mahakarya Sembahen
●
Rabu, 09 Desember 2015
Hari ini rakyat Indonesia melaksanakan hajat
besar,yaitu pilkada(pemilihan kepala daerah). Seluruh calon kepala daerah
masing-masing berlomba-lomba untuk mendapatkan hari masyarakatnya,tentu juga
dengan retorika mempromosikan dirinya. Dan tidak sedikit pula yang terpengaruh.
Jika dilihat oleh fakta-fakta ini bisa terbayangkan pemimpin-pemimpin yang
hanya “maju” dengan retorika. Meskipun benar untuk mencapai sesuatu dengan
retorika namun seharusnya masyarakat menilai dan memilih berdasarkan
“track-record” nya. Bukan dengan melihat bagaimana cara berbicaranya.
Indonesia pada saat ini cukup dikelilingi oleh
pemimpin yang hanya bermodalkan retorika. Sedangkan sekarang Indonesia butuh
fakta,butuh aksi. Karena pada umumnya “pemimpin retorika” hanya pandai visi
tanpa ada aksi. Sebagai buktinya tidak ada kemajuan yang cukup membuat dunia
maupun masyarakatnya bangga. Contoh nya saja harga bahan bakar minyak atau BBM
dan sembako, barang-barang kebutuhan pokok ini sudah mulai meninggi. Ini
menjadi dampak yang cukup merugikan negara. Maka sebaiknya pula masyarakat
lebih pintar dan cerdas dalam memilih dengan tidak hanya melihat satu aspek.
Dan sebagai generasi muda mari kita belajar bagaimana cara berfikir efektif dan
berfikir bagaimana menjadi generasi yang membanggakan, guna membangun negara.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar